Hidrologi Asisten
:
1. Sisi
Febriyanti Muin, S.Si
2. Siti
Komariyah
MORFOMETRI DAS
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Morfometri
merupakan sifat atau karakteristik yang dipengaruhi faktor-faktor alamiah dari
suatu DAS yang tidak dapat diubah manusia (Murtiono 2001). Karakteristik
morfologi suatu DAS yang dinyatakan secara kuantitatif disebut dengan
morfometri (Horton 1945). Karakteristik morfometri DAS dapat mempengaruhi
karakteristik kualitas air yang keluar dari daerah tangkapannya (Nõges 2009) dan
dapat digunakan untuk menduga hidrograf satuan (alih ragam hujan menjadi limpasan)
(Slamet 2008). Karakteristik morfometri DAS bersama-sama penggunaan lahan dapat
digunakan untuk mengevaluasi terjadinya banjir bandang dalam suatu kawasan
(Nugroho 2009).
Oleh
karena proses di atas mempengaruhi keseimbangan beberapa sumber daya alam di
lingkungan maka penting bagi mahasiswa Teknik dan Manajemen Lingkungan untuk
mempelajari dan menanggapi permasalahan seputar morfometri DAS. Strahler (1973)
mengelompokkan perhitungan morfometri menjadi 3 bagian yaitu liniear, area, dan
relief permukaan. Morfometri liniear berhubungan untuk menjelaskan hirarki
jaringan sungai, ordo, dan panjang sungai, memungkinkan untuk mengetahui homogenitas
geometri DAS. Morfometri area memberikan data yang berguna untuk karakteristik
sungai dalam satu DAS, termasuk konsentraasi dari aliran permukaan, inetraksi
iklim dan geologi serta area yang penting untuk dipelihara. Morfometri relief
menyediakan informasi mengenai perbedaan ketinggian dalam suatu DAS dan
persamaan dalam berbagai ketinggian pada jaringan sungai. Meskipun perhitungan
relief rumit karena menyangkut aspek tiga dimensi, namun hal ini efektif dalam
menjelaskan secara kantitatif perubahan lansekap.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis morfometri DAS.
METODE
Praktikum ini melakukan penghitungan
dengan data hasil yang telah dicari. Alat-alat yang dibutuhkan dalam analisa
ini ialah: alat tulis, peta suatu daerah beserta jaringan sungai, benang,
penggaris, dan kertas kalkir. Perhitungan dapat menggunakan kalkulator sebagai
alat bantu.
Adapun
langkah-langkah dalam melakukan perhitungan adalah sebagai berikut:
1.
Menjiplak
gambar peta dengan jaringan sungai dan kontur ke kertas kalkir.
2.
Menentukan
orde sungai dan batas DAS.
3.
Menentukan
dan menghitung panjang sungai tiap-tiap orde dengan peta jaringan sungai
(panjang rata-rata orde dan panjang maksimum sungai).
4.
Menghitung
rasio percabangan , rasio panjang, dan rasio luas dengan rumus sebagai berikut:
RB =
N(ω-1) / N(ω)
RL = L(ω)
/ L(ω-1)
RA =
A(ω) / A(ω-1)
Ket:
Nω : Jumlah orde sungai berorde ω
Lω : Panjang orde sungai berorde ω
Aω : Luas orde sungai berorde ω
Rb : Rasio percabangan
Rl : Rasio panjang
Ra : Rasio luas
5.
Menghitung
dimensi fraktal
6.
Menentukan
panjang sungai utama
7.
Menentukan
kerapatan DAS
HASIL
Peta
kontur beserta jaringan sungai terlampir
Tabel 1 Hasil
Perhitungan Morfometri DAS
No
|
Peubah
|
Tektok
|
1
|
L orde 1
|
161 Km
|
2
|
L orde 2
|
33.75 Km
|
3
|
L orde 3
|
66.25 Km
|
4
|
L orde 4
|
-
|
5
|
Lmax
|
14.75 Km
|
6
|
L Rata-rata
|
27.04 Km
|
7
|
RL (1)
|
0.21
|
8
|
RL (2)
|
1.96
|
9
|
RL (3)
|
-
|
10
|
RB (1)
|
4.77
|
11
|
RB (2)
|
0.51
|
12
|
RB (3)
|
-
|
13
|
Luas DAS
|
3027.28 km2
|
14
|
D
|
0.086 Km-1
|
15
|
d(1)
|
-1.0011
|
16
|
d(2)
|
-1.0006
|
17
|
d(3)
|
-
|
18
|
L
|
4.6024.10-4
Km2
|
Contoh Perhitungan
RL(1) = L(ω) / L(ω-1) RL(2) = L(ω) / L(ω-1)
= L(2) /
L(2-1) = L(3) / L(3-1)
=
33.75/161 =
66.25/33.75
=
0.21 =
1.96
RB(1) = N(ω-1) / N(ω) RB(2) = N(ω-1) / N(ω)
= N(1) /
N(2) =
N(2) / N(3)
=
161 / 33.75 =
33.75 / 66.25
=
4.77 =
0.51
Keliling DAS = 2 πr
r = keliling DAS / 2π
r = 78 cm / 2π
r = (78*25000 / 10000) km / 2π
r = 195 km / 2π
r = 31.05 km
L DAS =
πr2
=
3.14 (31.05)2
=
3027.28 km2
D =
∑Lu / L DAS
=
∑ Lsungai / L DAS
=
261 km / 3027.28 km2
=
0.0862 km-1
d(1) =
log Rb(1) / log Rl(1) d(2) = log Rb(2) / log Rl(2)
=
log (4.77) / log (0.21) =
log (0.51) / log (1.96)
=
-1.0011 =
-1.0006
L =
1.4 Ad
=
1.4 * 3027.28-1.0006
=
4.6024 x 10-4
PEMBAHASAN
Penentuan morfometri DAS terlebih dulu
harus mengetahui orde sungai mulai dari orde satu sampai selanjutnya, karena jika
dilihat dari pengertian morfometri DAS itu sendiri adalah pengembangan atau
melakukan analisa terhadap orde sungai. Seperti yang disebutkan oleh Chow
(1964) bahwa penentuan orde sungai diklasifikasi oleh Horton dan dimodifikasi
oleh Strahler adalah: aliran sungai yang paling ujung tidak memppunyai anak
sungai disebut orde pertama, jika dua
aliran dari orde yang sama bergabung akan membentuk orde setingkat lebih
tinggi, dan jika dua orde yang berbeda bergabung akan membentuk aliran yang
mempunyai orde paling besar.
Berdasarkan gambar yang terlampir dapat
dilihat bahwa garis yang diberi warna merupakan orde-orde sungai yang terbentuk.
Orde sungai pertama diberi warna kuning dengan jumlah sungai 25, orde kedua
diberi warna biru dengan jumlah sungai 5, sedangkan orde setingkat lebih tinggi
yakni orde ketiga diberi warna merah dengan jumlah sungai 1. Orde-orde sungai
tersebut dibatasi oleh garis berwarna hitam, garis itu disebut dengan batas
DAS.
Setelah orde sungai didapat panjang
sungai diukur menggunakan benang. Benang digunakan dalam pengukuran karena
sifatnya yang dapat diubah bentuk sesuai alur sungai, tidak seperti penggaris.
Selanjutnya hasil pengukuran diukonversi ke dalam satuan km dengan skala yang
tertera pada peta yaitu 1:25000. Hasil yang didapat dari pengukuran panjang
tiap-tiap orde yaitu 161 km (orde 1), 33.75 km (orde 2), dan 66.25 (orde 3).
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa orde 1 memiliki nilai yang
paling besar itu berarti anak sungai yang ada lebih penjang dan banyak. Sedangkan
nilai yang paling kecil adalah orde kedua.
Berdasarkan hasil yang didapat yakni
Rb1=4.77 , Rb2=0.51 , Rl1=0.21 , dan Rl2 1.96. Dari situ dapat diketahui Rb1
dan Rb2 dan juga Rl1 dan Rl2 memiliki nilai yang berbeda. Hal itu disebabkan
percabangan dan panjang antara orde 1 dan orde lainnya berbeda. Rasio panjang
dan rasio percabangan mengikuti geometri sungai tersebut. Chow (1964)
menyebutkan bahwa nilai Rb tidak akan sama dari tiap-tiap orde satu dengan berikutnya
karena adanya variasi dari bentuk atau geometri sungai tersebut. Nilai Rb dalam
kondisi normal adlah 3-5, rasio panjang 1.5-3.5
sedangkan rasio luas 3-6. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
nilai Rb2 dan Rl1 tidak normal. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor baik
karena kesalahan perhitungan ataupun karena memang kondisi di lapangan memang
seperti itu.
Dimensi fraktal dihitung untuk
mengetahui pengaruh karakteristik DAS terhadap debit puncak dan waktu mencapai
debit puncak. Dimensi frktal yang digunakan untuk perhitungan panjang sungai
utama (L) adalah nilai dari dimensi fraktal sungai utama. Dimensi fraktal yang
digunakan pada aliran DAS ini adalah dimensi fraktal orde dua, karena orde
terakhir adalah orde tiga.
Sedangkan kerapatan jaringan sungai (D)
dihitung untuk mengetahui daya penampungan sementara dari DAS. Kerapatan
jaringan sungai yang didapat yaitu sebesar 0.086 km-1. Menurut
Sosrodarsono dan Takeda (1993) nilai kerapatan sungai kira-kira 0.30-0.50 dan
dianggap sebagai indeks yang menunjukkan keadaan topografi dan geologi dalam
daerah aliran. Nilai D kecil di daerah yang permeable, di pegunungan-pegunungan
dan lereng-lereng, tetapi besar untuk daerah yang banyak curah hujannya.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa nilai kerapatan sungai
yang terlihat merupakan nilai yang sangat kecil. Jadi daerah yang terukur
merupakan daerah yang permeable, di pegunungan-pegunungan dan lereng-lereng.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa morfometri DAS yang diamaati memiliki nilai panjang
orde sungai rata-rata = 27.04 km, luas DAS = 3027.28 km2, dimensi
fraktal 2 = -1.0006, kerapatan DAS 0.086 Km-1, dan panjang sungai utama
4.6024.10-4 Km2. Daerah yang terukur merupakan daerah
yang permeable.
DAFTAR
PUSTAKA
Chow,
V.T. 1964. Handbook of Applied Hydrology.
Mcgraw-Hill. New York.
Horton,
R. E.1945. Erosional Development of
Streams and Their Drainage Basin: Hydrophisycal Approach to Quantitative
Morphology, Geol. Soc. Am. Bull
Noges, T. 2009.
Relationship between morphometry, geographic location and water quality
parameters of European Lakes. Hydrobiologia, (633) : 33-43.
Nugroho, S.
(2013, 18 Oktober). Respon morfometri dan penggunaan lahan DAS terhadap
banjir bandang (Studi kasus bencana banjir bandang di Sungai Bohorok).
Diambil kembali dari http://sirrma.bppt.go.id
Slamet, B.
(2013, 18 Oktober) Model hidrologi satuan sintetik menggunakan parameter
morfometri (Studi kasus di DAS Ciliwung). Diambil kembali dari http://repository.usu.ac.id
Sosrodarsono Suyono ,Takeda Kensaku. 1993. Bendungan Type Urugan. Jakarta : Pradnya.
0 comments:
Post a Comment