23 January 2015

EVAPOTRANSPIRASI

Praktikum 3                                                                             25 September 2013
Asisten :
1.      Sisi
2.      Siti Komariyah






EVAPOTRANSPIRASI
 







TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
 2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Evapotranspirasi merupakan unsur penting dalam keseimbangan air dan energi. Karena nilai evapotranspirasi bervariasi menurut ruang dan waktu, maka pemahaman mengenai distribusi merupakan faktor kunci dalam keberhasilan mengoptimalkan model keseimbangan air dan pengaturan air irigasi pertanian (Yang 1994 dalam Khomarudin 2003). Sedangkan menurut Allen, et al. (2000) Evapotranspirasi adalah kombinasi dari dua proses yaitu proses kehilangan air pada permukaan tanah yang disebut evaporasi dan proses kehilangan air dari tanaman. Dengan kata lain evapotranspirasi adalah suatu proses kehilangan air pada permukaan tanah dan tanaman sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan air dan energi yang ada.
Oleh karena proses di atas mempengaruhi keseimbangan beberapa sumber daya alam di lingkungan maka penting bagi mahasiswa Teknik dan Manajemen Lingkungan untuk mempelajari dan menanggapi permasalahan seputar evapotranspirasi. Saat ini sudah banyak metode yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai atau besaran air yang hilang dalam proses evapotranspirasi. Seperti yang dikatakan oleh Usman (1996) beberapa contoh model evapotranspirasi yang telah dikembangkan adalah persamaan Thornhtwaite (1984) hanya menggunakan suhu udara, persamaan Blaney Criddle (1950) menggunakan input suhu rata – rata dan kecepatan angin bulanan, persamaan Penman (1948) menggunakan input suhu udara, radiasi surya, kecepatan angin dan kelembaban udara.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membandingkan nilai evaporasi dan Evapotranspirasi potensial (metode Penman dan Thornthwaite) serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi evapotranspirasi.

METODE
Praktikum ini hanya melakukan penghitungan dengan data yang telah tersedia tanpa adanya pengamatan secara langsung. Perhitungan yang dilakukan mengambil data dari evaporasi suatu danau dan data iklim 1987-1992 di Stasiun Rahadi Usman, Ketapang Kalimantan Barat. Alat-alat yang dibutuhkan dalam analisa ini ialah: alat tulis. Perhitungan dapat menggunakan kalkulator sebagai alat bantu atau menggunakan aplikasi pengolah data di komputer.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan perhitungan adalah sebagai berikut:
a.       Perhitungan Evaporasi
1.      Menentukan evaporasi yang terjadi pada suatu badan permukaan misalnya danau.Jika sudah diketahui nilai dari suhu udara, suhu air, kecepatan angin, dan kelembaban relatif.
2.      Menghitung tekanan uap di dalam air (es) dengan menggunakan tabel  (interpolasi)
3.      Menghitung nilai evaporasi dengan rumus sebagai berikut:
E = k(es-ea)*(1+Vangin/10)
k = 0.36

b.      Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Etp)
1.      Metode Penman, menghitung nilai T dari (Tmax+Tmin)/2
2.      Menghitung Vangin (km/hari)
3.      Menghitung Qn, Δ, f(u),es, ea, dan
Qn       = 0.75*Qs – 0.4
∆          = 0.1 exp(21.555 – 5304/(T+273.1)) x {5304/(T+273.1)2}   
f(u)      = 4.84 + 0.0742 u
es         = 0.6108 exp(17.27 T/(T+237.3))
ea         = 0.6108 exp(17.27 Tmin/(Tmin+237.3))
                     =2.50025 – 0.002365 T
4.      Menghitung nilai ETp dengan rumus sebagai berikut:

5.      Metode Thorthwaite, menghitung nilai I untuk masing-masing bulan dengan rumus sebagai berikut:
i = (T/5)1.54
nilai T merupakan nilai T rata-rata
6.      Membuat tabel i untuk setiap bulan, lalu menghitung nilai i dalam satu tahun (=165)
7.      Menghitung nilai A dengan rumus sebagai berikut:
A = (6.75x10-7i3) –(7.71x10-5i2) + (1.79x10-2i) + 0.4424
8.      Mencari nilai Etp tiap bulan dengan rumus sebagai berikut:
ETp = 1.6 (10T/I)A












HASIL
Tabel 1 Hasil Evaporasi pada Suhu yang Berbeda
Suhu Udara (°F)
68.5
78
87
92
100
Evaporasi
0.320
0.219
0.234
0.203
0.144


Contoh Perhitungan :
Data suhu udara 68.5 °F, diketahui suhu air 63 °F, kecepatan angin 10 mph, dan kelembaban relatif 20% :
Berdasarkan tabel 1, suhu udara 68.5 berada pada rentang 60-70, maka
70-60 = 0.74-0.52
1 °F = 0.022 in Hg
e = 0.52 + (0.022 x 8.5) = 0.7070
ea = e*RH = 0.707 x 0.2 = 0.1414

E = k(es-ea)*(1+Vangin/10)
   = 0.36 (0.586 – 0.1414)*(1+10/10)
   = 0.36 (0.4446)*(2)
   = 0.320 in/hari





Tabel 2 Data Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETp) Metode Penman
Unsur iklim
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agus
Sept
Okt
Nov
Des
jumlah hari
31
28
31
30
31
30
31
31
30
31
30
31
T max
30.1
30.3
30.8
31.4
31.6
31.6
31.4
31.4
31.4
31.3
30.7
30
T min
24.2
24.1
24.6
24.2
24.2
23.6
23.1
23.7
23.3
23.5
23.9
24.1
Tmean
27.15
27.2
27.7
27.8
27.9
27.6
27.25
27.55
27.35
27.4
27.3
27.05
V angin (m/s)
2.2
1.8
1.6
1.5
1.9
2
3.2
3.5
2.2
2.1
1.6
2
Vangin (km/hari)
190.08
155.52
138.24
129.6
164.16
172.8
276.48
302.4
190.08
181.44
138.24
172.8
qs
14.9
16
16.4
15.9
15.5
15.3
15.5
16.8
16.7
15.7
15.2
14.6
qn
10.775
11.6
11.9
11.525
11.225
11.075
11.225
12.2
12.125
11.375
11
10.55
CH
350
242
365
280
270
160
123
86
102
210
417
492
Δ
0.29
0.29
0.30
0.30
0.30
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
F(v)
18.94
16.38
15.10
14.46
17.02
17.66
25.35
27.28
18.94
18.30
15.10
17.66
es
3.60
3.61
3.71
3.74
3.76
3.69
3.62
3.68
3.64
3.65
3.63
3.58
ea
3.02
3.00
3.09
3.02
3.02
2.91
2.83
2.93
2.86
2.90
2.97
3.00
λ
2.44
2.44
2.43
2.43
2.43
2.43
2.44
2.44
2.44
2.44
2.44
2.44
etp
4.43
4.63
4.70
4.65
4.71
4.75
5.28
5.64
5.18
4.86
4.44
4.30
etp m
137.48
129.73
145.66
139.40
146.03
142.54
163.80
174.71
155.33
150.51
133.20
133.26
Tabel 3 Data Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETp) Metode Thornthwaite
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah Hari (n)
31
28
31
30
31
30
31
31
30
31
30
31
T mean
27.15
27.20
27.70
27.80
27.90
27.60
27.25
27.55
27.35
27.40
27.30
27.05
i=(T/5)1.514
13.54
13.58
13.96
14.04
14.12
13.89
13.62
13.85
13.69
13.73
13.65
13.46
A
0.67
0.67
0.68
0.68
0.68
0.68
0.67
0.68
0.67
0.68
0.67
0.67
Etp
12.01
12.02
12.17
12.20
12.23
12.14
12.04
12.13
12.07
12.08
12.05
11.98



Contoh Perhitungan:


PEMBAHASAN
Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang diukur jika ingin mendapatkan nilai evaporasi dari suatu badan permukaan atau vegetasi. Besar kecilnya nilai suhu ini sendiri dapat mempengaruhi nilai evaporasi. Secara umum semakin meningkatnya suhu baik badan permukaan maupun vegetasi dapat meningkatkan laju evaporasi. Seperti yang dikatakan oleh Rosenberg et al (1983) dalam Usman (1996) suhu mempengaruhi evapotranspirasi melalui empat cara yaitu 1) jumlah uap air yang dapat dikandung udara (atmosfer) meningkat secara eksponensial dengan naiknya suhu udara. Dengan begitu, peningkatan suhu menyebabkan naiknya tekanan uap permukaan yang berevaporasi, mengakibatkan bertambahnya deficit tekanan uap antara permukaan dengan udara sekitar. Keadaan demikian bertahan sepanjang suplai air mencukupi untuk tercapainya kejenuhan udara dekat permukaan evaporasi. Karena udara dapat menampung dan membawa uap air lebih banyak dengan naiknya suhu maka menyebabkan semakin besar defisit tekanan uap antara udara dengan permukaan, dan permintaan evaporasi udara bertambah (meningkat) dengan bertambah panasnya udara. 2) Udara yang panas dan kering dapat mensuplai energi ke permukaan. Laju penguapan bergantung pada jumlah energy bahang yang dipindahkan, karena itu semakin panas udara semakin besar gradient suhu dan semakin tinggi laju penguapan. Di sisi lain, bila permukaan evaporasi yang lebih panas, akan lebih sedikit bahang terasa (sensible) yang diekstrak dari udara dan penguapan akan menurun. 3) Pengaruh lainnya suhu udara terhadap penguapan muncul dari kenyataan bahwa akan dibutuhkan lebih sedikit energi untuk menguapkan air yang lebih hangat. Jadi untuk masukan energi yang sama akan lebih banyak uap air yang dapat diuapkan pada air yang lebih hangat. 4) Suhu juga dapat mempengaruhi penguapan melalui pengaruhnya pada celah (lubang) stomata daun.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang dapat dibandingkan antara perhitungan satu dengan yang lainnya terutama perhitungan evapotranspirasi potensial dengan berbeda metode, yakni: metode Penman dan metode Thornthwaite. Hasil evapotranspirasi potensial yang didapat jika menggunakan metode Penman adalah 4.43, 4.63, 4.70, 4.65, 4.71, 4.75, 5.28, 5.64, 5.18, 4.86, 4.44, dan 4.30 selama 12 bulan (1 tahun) berturut-turut. Sedangkan jika menggunakan metode Thornthwaite hasil evapotranspirasi yang didapat adalah 12.01, 12.02, 12.17, 12.20, 12.23, 12.14, 12.04, 12.13, 12.07, 12.08, 12.05, dan 11.98 selama 12 bulan (1 tahun) berturut-turut. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua metode menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap bulan. Hal itu disebabkan karena metode yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan dari segi pengerjaannya. Walaupun begitu nilai yang didapat secara kontinyu baik pada metode Penman maupun Thornthwaite sebanding. Artinya, evapotranspirasi pada bulan Januari rendah kemudian terus meningkat hingga titik puncak maksimumnya berada pada bulan Agustus. Setelah itu menurun hingga menunjukkan nilai terendah pada bulan Desember.
Hasil evaporasi dari kedua metode baik metode Penman dan Thornthwaite menunjukkan peningkatan evaporasi terjadi pada bulan Agustus. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 Grafik Perbandingan ETp dari Metode Penman dan Thornthwaite. Sedangkan titik teredah terjadi pada bulan Desember. Hal itu disebabkan oleh faktor radiasi surya yang terjadi pada bulan itu menunjukkan nilai yang rendah. Dengan kata lain, bulan Desember merupakan musim penghujan dan kelembaban relatif (RH) semakin meningkat, sehingga laju evapotranspirasi menurun atau tidak terlalu tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil pernyataan Suharsono (1989). bahwa evaporasi pada musim kemarau (juni - Agustus) semakin ke timur maka nilai evaporasi tahunannya semakin bertambah besar. Ini dikarenakan wilayah timur memiliki curah hujan yang rendah, sehingga radiasi surya yang besar digunakan untuk memanaskan permukaan dan udara.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan evaporasi terhadap suhu terlihat bahwa semakin tinggi suhu semakin kecil evaporasi (berbanding terbalik). Lebih jelasnya lihat gambar 2 Grafik Suhu dan Evaporasi. Hal ini dikarenakan  perhitungan evaporasi, data suhu air yang digunakan sama untuk setiap suhu udara yang berbeda. Seharusnya jika keadaan suhu udara meningkat, otomatis suhu air juga meningkat. Setiap keadaan berada pada suhu udara tertentu pasti memiliki suhu air yang berbeda-beda. Berbeda halnya dengan perbandingan antara suhu dan tekanan (grafik 1 suhu dan tekanan) terlihat bahwa semakin suhu meningkat maka tekanan juga akan meningkat.
Berdasarkan percobaan pengolahan data dengan menggunakan dua metode pendekatan evpotranspirasi, perhitungan  lebih mudah jika metode Thornthwaite yang digunakan dibandingkan metode Penman. Hal itu karena metode Thornthwaite tidak membutuhkan waktu yang lama dengan perhitungan yang sedikit, sehingga keefektifan dan keefisienan waktu dapat terjaga.
Semua faktor yang berpengaruh termasuk ke dalam variabel hitung kedua metode baik Penman maupun Thornthwaite dicari menggunakan rumus yang telah ada. Menurut Ward (1975) evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor – faktor cuaca, jenis dan tingkat pertumbuhan vegetasi, serta kelengasan dan sifat fisik tanah. Faktor – faktor cuaca yang  menentukan ETp adalah radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara dan angin, yang secara umum berkorelasi positif dengan ETp, kecuali kelembaban udara. Menurut De Vries dan Van Duin (1953) (dalam Ward 1975), kecepatan angin dikatakan sebagai faktor sekunder untuk menentukan ETp. Jadi ada beberapa faktor tertentu yang memang berpengaruh langsung terhadap laju evapotranspirasi, ada juga yang dikatakan sebagai faktor sekunder dalam penentuan evapotranspirasi potensial seperti yang telah disebutkan di atas.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan didapatkan kesimpulan bahwa perhitungan antara metode Penman dan Thornthwaite lebih mudah menggunakan metode Thornthwaite. Hal itu karena metode Thornthwaite tidak membutuhkan waktu yang lama dengan perhitungan yang sedikit, sehingga keefektifan dan keefisienan waktu dapat terjaga. Selain itu perhitungan evapotranspirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: radiasi matahari, angin, kelembaban, dan suhu.






DAFTAR PUSTAKA
Allen, R.G. 2000. Using the FAO-56 dual crop coefficient method over an irrigated region as part of an evapotranspiration intercomparison study. J. of Hydrol. 229:22-41.
Khomarudin, M.R. 2005. Pendugaan Evapotranspirasi Skala Regional Menggunakan Data Satelit Penginderaan Jauh. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Nye, P.H., P.B. Tinker. 1977. Solute Movement inThe Soil-Root System. Interlino Printing Co. Inc.Philippines.
Suharsono, H. 1989. Evaporasi dan Neraca Air di Pulau Jawa. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Usman. 1996. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial terhadap Perubahan Iklim. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Ward, R. C. 1975. Principles of Hydrology. McGraw – Hill. Co. Ltd. London.

0 comments:

Post a Comment