16 August 2014

UJI MIKROBA PANGAN




Laporan Praktikum                                                     Nama                   :
Mikrobiologi Dasar dan Lingkungan                          Kelompok           :
NIM                     :
Hari/Tanggal       : 10 Mei 2013
Waktu                 : 07.30 – 10.50 WIB
PJP                      : Emil Wahdi. S.si.
Asisten                : Ramdhani
      Marina
      Genny A


UJI MIKROBA PANGAN














TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Pendahuluan
            pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. (UU RI no 7 Tahun 1996)
            Saat ini aneka jenis makanan yang  berkembang semakin beragam, begitu
juga  dengan biskuit. Saat ini banyak biskuit yang beredar di pasaran dengan
berbagai bentuk dan rasa yang bermacam-macam. Namun tidak semua biskuit yang beredar dipasaran memenuhi standar  SNI  yang ditetapkan sehingga berbahaya bagi kesehatan konsumen. Hal ini dapat terjadi karena biskuit telah terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia, maupun mikroba (Hartoko, 2007).
            Dalam bidang pangan banyak mikroorganisme yang mempunyai peranan, baik peranan positif (memberikan keuntungan) atau peranan negatif (menimbulkan kerugian). Peranan mikroorganisme dalam bidang pangan diklasifikasikan menjadi beberapa bagian (Budiyanto, 2002).
Beberapa mikroorganisme menggunakan makanan yang sama dengan yang kita makan sehingga, untuk sebagian besar, pengawet makanan melibatkan pembinasaan mikroorganisme yang terdapat pada makanan atau pencegahannya agar tidak tumbuh (Volk, 1990).
            Selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus bebas dari bahan-bahan berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan bahan lainnya. Mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah, alat-alat pengolah (selama proses produksi atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan. Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang secara alami sudah bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan dan hewan. Umumnya bakteri yang  terkait dengan keracunan makanan diantaranya adalah Salmonella, Shigella, Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibrio cholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik dan Enterobacter sakazaki (Sudian 2008)
            Berbagai penyakit atau infeksi yang berbeda-beda mungkin terjadi karena memakan makanan yang terkontaminasi dengan organisme patogen.  Infeksi makanan terjadi karena memakan makanan yang mengandung organisme hidup yang mampu sembuh atau bersporulasi dalam usus yang menimbulkan penyakit (Volk, 1990).
Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu  dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993).

Tujuan
            Untuk menetukan jumlah mikroba pada produk pangan dan kehadiran bakteri koliform pada bahan pangan tertentu.

Alat dan Bahan
            Alat yang diperlukan adalah blender, mortar, neraca analitik, erlenmeyer 250 ml, gelas piala 100 ml, mikropipet 100 mikrogram, mikropipet 1000 mikrogram, spreader. Serta alat yang mendukung teknik aseptik yaitu Bunsen.
            Bahan yang diperlukan antara lain media EMBA (Eosin Metana Blue Agar)yang telah diencerkam, aquades yang telah disterilkan, serta bahan pangan yang akan diuji mikrobanya yaitu manisan pala, manisan mangga, sawi, kangkung, dan daging.  serta bahan yang digunakan untuk mendukung teknik aseptik yaitu alkohol 70%

Prosedur Kerja
            Sebelum melakukan praktikum seperti biasa teknik aseptik dilakuakn dengan disemprotkannya alkohol ke tangan serta meja lalu dikeringakan, lulu pekerjaan juga dilakukan di sekitar bunsen untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Sampel makanan yang akan diuji, dihancurkan terlebih dahulu dengan blender kecuali sampel daging menggunakan mortar. Sampel makanan yang akan dihaluskan ditimbang sebanyak 20 gram dengan neraca analitik serta ditambahkan aquades steril sebanyak 180 ml sehingga massa total sebanya 200 gram. Selagi sampel makanan dihaluskan didalam blender atau mortar, tiga cawan petri diisi dengan media EMBA lalu diamkan hingga media agar mengeras.
            Sampel makanan yang telah hancur dipindahkan kedalam gelas erlenmayer 250 ml. Gelas piala diisi aqudes steril sebanyak 99ml serta 1ml sampel uji yang berada di dalam erlenmayer sehingga berat total mejadi 100 ml. Aquades steril dan uji sampel dikocok dengan kuat hingga homogen.
            Jika media dalam cawan petri sudah mengeras, 0,1 ml sampel dari erlenmayer dimasukkan ke dalam cawan petri pertama lalu di sebar dengan batang penyebar atau spreader. Setelah itu sampel dari gelas piala berisi 100 ml air dan sampel dipipet 1 ml ke dalam cawan petri 2 serta sampel dipipet 0,1 ml untuk cawan petri kedua. Perlakuan penyebaran dengan batang penyebar juga dilakukan pada cawan petri 2 dan 3. Cawan petri di inkubasi selama 24 jam lalu koloni bakteri yang muncul dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung. Serta koloni yang berwarna hijau metalik diamati serta difoto.
           
Data Hasil Pengamatan
Tabel 1. Daftar makanan beserta kandungan mikrobanya.
Sampel
Pengenceran
Warna
Jumlah bakeri
CFU/ml
Literatur
Kangkung
10-2
Tidak terdapat hijau metalik
TBUD
-
Koliform : 5x102 koloni/g
APM Escherichia coli: < 3/g
10-3
54
54.000
10-4
47
47 0.000
Manisan Mangga
10-2
Hijau metalik
TBUD
-
APM Koliform: 10 /g
APM: Escherichia coli <3 /g
10-3
-
46
46.000
10-4
-
80
800.000
Sawi
10-2
Tidak ada hijau metalik
217
21.700
Koliform : 5x102 koloni/g
APM Escherichia coli: < 3/g
10-3
211
211.000
10-4
213
2.130.000
Manisan Pala
10-2
Hijau metalik
Tidak terhitung
TBUD
APM Koliform: 10 /g
APM Escherichia coli: <3 /g
10-3
Hijau metalik
97
97.000
10-4
-
53
530.000
Daging
10-2
Tidak ada hijau metalik
TBUD
TBUD
ALT (30o
C, 72 jam) : 1x105 koloni/g
APM Escherichia coli : < 3/g
10-3
67
67.000
10-4
32
320.000




Tabel 2. Gambar hasil inkubasi manisan pala
Pengenceran
Gambar
Keterangan
10-2
Terdapat warna hijau metalik, koloni rapat dan penuh sehingga terlalu banyak untuk dihitung. (bagian yang dilingkari adalah bagian hijau metalik)

10-3
Terdapat hijau metalik, jumlah koloni mencapai 97.
(bagian yang dilingkari adalah bagian hijau metalik)

10-4
Tidak ada hijau metalik, koloni sebanyak 53.



Pembahasan
            Menurut menteri kesehatan tahun 1098 tahun 2003 dinyatakan bahwa Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak busuk, makanan
dalam kaleng harus tidak boleh menunjukkan adanya penggembungan,
cekung dan kebocoran, Angka kuman E.coli pada makanan 0 per gram contoh makanan, dan angka kuman E.coli pada minuman 0 per 100 ml contoh minuman. Itu berarti makanan olahan seperti manisan pala dan manisan mangga tidak layak makan menurut peraturan ini. Namun jika dibandingkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.06.1.52.4011 Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan, makanan diklasifikasikan kembali serta setiap klasifikasi makanan memiliki parameter bakteri yang berbeda. Jika dibandingkan dengan sampel praktikum kali ini di kategorikan dalam manisan buah kering untuk manisan pala dan manisan mangga, Sayuran beku untuk kangkung dan sawi serta Daging dan Produk Daging untuk daging mentah.
            Dari Perturan BPOM RI tersebut ditentukan batasan mikriba pada makanan. Untuk manisan Buah kering ALT (30o C, 72 jam) sebesar 1x105 koloni/g , APM Koliform sebesar 10 /g , APM Escherichia coli harus kurang dari 3 /g dan kapang maksimal 5x101 koloni/g. Untuk Sayuran Kering ALT (30oC, 72 jam) maksimal 1x105 koloni/g, Koliform sebanyak 5x102 koloni/g, APM Escherichia coli tidak lebih dari 3/g,  Salmonella.sp bernilai Negatif/25, dam g Kapang 1x102 koloni/g. serta untuk Produk Daging ALT (30oC, 72 jam) 1x105 koloni/g APM Escherichia coli <3/g
Salmonella sp. negatif/25g Staphylococcus aureus 1x102 koloni/g Bacillus cereus 1x103 koloni/g. Karena pada praktikum kali ini metode yang dipakai hanya bisa untuk mendeteksi E.coli maka makanan yang tidak layak makan hanyalah manisan pala dan manisan mangga karena koloni hijau metalik terlihat banyak. Walaupun tidak ada perhitungannya.
            Pada sampel yang belum diolah atau masih segar seperti sawi, kangkung dan daging mentah tidak terdapat koloni berwarna hiaju metalik, berbeda dengan makanan olahan (manisan mangga dan pala) terdapat koloni hijau metalik yang menandakan keberadaan E.coli didalamnya. Ini berarti makanan olahan ini telah terjadi kontaminasi saat pembuatannya. Kontaminasi ini bisa disebabkan dari alat pengolahannya atau bahkan manusi atau si pembuatnya sendiri.
            Bakteri harus diinkubasi pada suhu sekitar 37 derajat celcius karena bakteri yang akan diperiksa adalah bakteri yang akan masuk kedalam tubuh, sehingga bakteri ini pun berasal dari mahluk hidup yang suhunya kisaran 37 hingga 38 derajat celcius. Selain itu bahan uji adalah bahan pangan yang akan dikonsumsi manusia dengan demikian suhu disesuaikan.
            Pada Sawi tertera bahwa koloni pada pngenceran 10-4 lebih banyak dibandingkan dengan pengenceran 10-3 ini disebabkan oleh human error atau bisa juga disebabkan karena kontaminasi dari praktikan itu sendiri. Karena semakin kecil angka pengenceran maka semakini sedikit konsentrasi yang berarti sedikit juga kandungan mikroba di dalamnya. Itu disebabkan karena perbandingan air dan mikroba semakin besar.
            Pada praktikum kali ini kita memakai media EMBA karena media ini dapat mendeteksi adanya bakteri E.coli. dan mengapa hanya E.coli saja yang dideteksi? Karena E.coli adalah parameter keberadaan mikroba jadi, jika terdapat E.coli pada suatu zat atau pangan maka bukan tidak mungkin terdapat mikroba lainnya didalam sampel selain itu  Tapi jika tidak ada bakteri E.coli kemungkinan virus, bakteri atau parasit yang ada di sana merupakan kuman yang non-patogen atau tidak berbahaya. Hal inilah yang menyebabkan E.coli dapat digunakan sebagai parameter biologis pada uji kualitas air. Selain itu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya E.coli relatif lebih sederhana dan lebih representatif dibandingkan deteksi mikroba perairan lainnya.         
            Kenapa makanan siap santap bisa menyebabkan keracunan makanan? Ada tiga faktor penyebab, yaitu: proses pemanasan yang tidak cukup membunuh mikroba patogen, proses pendinginan dan penyimpanan dingin yang tidak tepat, dan terjadinya proses kontaminasi silang yang menyebabkan makanan siap santap terkontaminasi oleh pangan mentah atau objek lain. Dua penyebab yang pertama, mungkin bisa dipahami dengan lebih mudah oleh para pengelola makanan karena melibatkan penglihatan, sentuhan, penciuman dan pengalaman. Sebaliknya, kontaminasi silang sebagai penyebab keracunan pangan lebih kompleks karena bisa terjadi melalui banyak jalan sehingga seringkali tidak disadari oleh para pengelola makanan. Mungkin Anda tidak menduga, bahwa dapur yang terlihat bersih pun bisa menjadi ancaman tersembunyi bagi makanan siap santap, karena talenan, pisau, meja, serbet dan peralatan kerja lainnya yang terlihat bersih tersebut ternyata didiami oleh banyak mikroba patogen (Ferry 2010)

Kesimpulan
            Dapat disimpulkan bahwa Pada makanan bukan olahan (kangkung, sawi, dan daging mentah) tidak terdapat bakteri E.coli dan selebihnya mengandung bakteri E.coli. Dan jumlah dari kangkung sebesar

Daftar Pustaka
Budiyanto, Moch Agus Kresno. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang. Penerbit
            Univesitas Muhammadiyah Malang.

Fardiaz, S. 1993  Analisis   Mikrobiologi   Pangan.   Penerbit   PT.     Raja   Grafindo
            Persada, Jakarta.

Fery Kusnandar. 2010. Mencegah Kontaminasi Silang dalam Industri Jasa Boga.
1July2010.http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index.php?option=com_content&task=v  iew&id=90&Itemid=155 [15 Mei 2013]

Sudian, Sumaria 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. InfoPOM . Vol. 9, No. 2.  
             halaman 2.
             http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin20Info20POM/0208
  [15Mei 2013]

Undang Undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan
                 http://www.pom.go.id/pom/garam/LEMBARAN_NEGARA.pdf                   
                    [15 Mei 2013]

Volk, Wesley A dan Wheeler, Margaret F. 1990.  Basic Microbilogy fifth edition.
                 Jakarta. Penrbit Erlangga. (diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto.
                 1990. Mikrobiologi Dasar edisi kelima jilid 2).

1 comment: