16 August 2014

Laporan Morfologi Jamur




A.   Pendahuluan
Fungi atau jamur merupakan kelompok organisme tersusun dari beberapa sel atau multiseluler yang memiliki membran inti sel atau eukariotik. Fungi berbeda dengan mikroorganisme lainnya berdasarkan cara makan, stuktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya (Fardiaz 1993). Dalam klasifikasi tumbuhan, kingdom Fungi dibagi ke dalam empat filum. Filumdari kingdom Fungi yaitu: Chytridiomycota,Ascomycota, Zygomycota, dan Basidiomycota(Ulloa 2001).
 Fungi dapat diklasifikasi dengan mengidentifikasikan jamur atau fungi dari morfologi secara makroskopik ataupun mikroskopis. Morfologi makroskopik digunakan untuk mengidentifikasi jamur yang membentuk koloni seperti warna permukaan koloni yang mencangkup miselium vegetatif dan konidia, pigmentasi miselium, waktu pertumbuhan dan diameter koloni, bentuk tepi koloni, tekstur permukaan, dan bentuk koloni. Mengidentifikasikan fungi secara mikroskopik berdasarkan anatomi dan morfologi individu fungi tersebut (Wuezkowski 2007).
Identifikasi isolat fungi dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu, pengamatan fungi secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan dengan membuat slide kutur yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa, bentuk, dan ukuran konidia. Dan pada praktikum ini yang digunakan adalah Jamur Rhizopus oligosporus yang merupakan spesies jamur yang dapat menghasilkan produk pangan. Spesies fungi memiliki bentuk struktur spora dan miselium yang berbeda, sehingga dapat ditumbuhkan dan diamati melalui metode Slide culture atau Microculture (Sunatmo 2009).



B.   Tujuan
Mengenal berbagai macam morfologi jamur khususnya jenis Rhizopus oligosporus (tempe) dari hifa hingga sporanya, dengan mnegetahui bentuk fisiknya.
C.   Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan  sama seperti biasanya, yaitu mikroskop sebagai alat bantu lihat, lalu ada kaca preparat dengan coverglass-nya. Tida lupa alat untuk menunjang agar parktikum tetap steril.
Sedangkan bahan yang dipakai adalah tempe sebagai jamurnya, pewarna lactofenol untuk mewarnai fungi menjadi biru sebelum diamati dibawah mikroskop, alkohol 70 %, media PDA untuk mengkultur fungi.

D.   Prosedur
a.     Slide kultur tanpa inkuibasi
Alat dan bahan disiapkan, tidak lupa praktikum tetap dilakukan secfara teknik aseptis. Hifa atau bagi yang berwarna putih diambil dari  Rhizopus oligosporus (tempe) menggunakan pinset yang sudah disterilisasi, lalu diletakan diatas kaca preparat. Kemudian, laktofenol-cotton biru ditambahakan sebanyak 1 tetes. Tidak lupa ditutup dengan cover glass dan diamati dengan mikroskop dengan perbesaran dimulai dari 4x10 hingga 40x10. Diatur fokus lensa mikroskop hingga ditemukan gambar yang jelas dari bagian bagian Rhizopus oligosporus (tempe) . Lalu ambil gambar dari dalam mikroskop dengan menggunankan kamera.


b.      Slide kultur dengan inkubasi
Alat dan teknik aseptik disiapkan.Letak objek glass diletakkan tepat  agar berada di atas kaca v dan kertas saring berada di paling bawah cawan petri sebagai alasnya. Setelah itu media PDA yang sudah dicairkan dipipet sebanyak 150µ dengan pipet mikro.  Lalu diambil hifa atau bagian yang berwarna putih dari  Rhizopus oligosporus (tempe) menggunakan pinset. Di sekeliling kertas saring ditetesi larutan glicerin sebanyak 4 tetes dengan pipet tetes dan ditutp cawan petri dan dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 hari. Setelah itu buka cawan petri dan objek diambil bersamaan cover glass dari cawan, kemudian cover glass dibuka dan diberikan cairan laktofenol-cotton biru lebih dulu seperti langkah pada slide kultur atnpa inkibasi.setelah itu diamati seperti mengamati slide kultur tanpa inkubasi.

E.   Data Hasil Pengamatan
a.       Kultur tanpa inkubasi

                            
Gambar 1 Perbesaran 40 x 10

    
 
              b.Slide Kultur (dengan inkubasi 96 jam)
 
                               
Gambar 2 perbesaran 40 x 10

F.    Pembahasan
Setelah mebandingkan kedua jamur yang sudah berada dalam slide kultur, perbedaan terlihat. Dimana pada slide kultur yang tidak melalui masa inkubasi selama beberapa hari, bentuk hifa dan sporanya tidak teratur dan sangat berantakkan. Berbeda dengan slide kultur yang telah di inkubasi beberapa hari, terliaht utuh. Walaupun di gambar terlihat buram karena resolusi kamera yang kurang baik dan berlebihnya jumlah pewarna lactofenol sehingga bentuk hifa-hifa dan sporanya sangat tidak jelas. Itu disebakan, karena kondisi hifa yang telah di inkbasi dapat tumbuh kembali dan memperbaiki morfologi dirinya sendiri. Tidak seperti slide culture yang tidak di inkubasi, karena kita mencabut dari bagian tempe itu sendiri tanpa mengetahui seberapa yang kita telah cabut dan bagian mana saja.
Melihat bentuknya, sudah dapat dipastikan jamur yang dipakain pasti berbentuk mikroskopis karena kita masih memerlukan mikroskop untuk mengamatinya dengan metode slide culture. Spesies ini juga merupakan spesies jamur yang dapat menghasilkan produk pangan. Spesies fungi memiliki bentuk struktur spora dan miselium yang berbeda, sehingga dapat ditumbuhkan dan diamati melalui metode Slide culture atau Microculture (Sunatmo 2009).
Biarpun begitu kedua metode ini juga penting dilakukan. Tahap tanpa inkubasi, meliputi pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan dengan membuat slide kutur yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa dan bentuk mikrokopis lainnya
G.  Kesimpulan
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa jamur memerlukan waktu dan keadaan khusus untuk berkembang. Dan slide culture membuktikan bahwa salah satu bagian jamur adal hifa.

H.  Daftar Pustaka
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Grafindo Persada
Wuczkowski, M. et al. 2007. Identification of Filamentous Fungi and Yeast and Their Diversity in Solil of The Alluvial Zone National Park Along The River Danube Downstream of Vienna. Austria: ACBR
Sunatmo, TI. 2009. Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium. Jakarta: Andy Agency
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12323/Pendahuluan.pdf

0 comments:

Post a Comment