A.
Pendahuluan
Fungi
atau jamur merupakan kelompok organisme tersusun dari beberapa sel atau
multiseluler yang memiliki membran inti sel atau eukariotik. Fungi berbeda
dengan mikroorganisme lainnya berdasarkan cara makan, stuktur tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksinya (Fardiaz 1993). Dalam klasifikasi tumbuhan,
kingdom Fungi dibagi ke dalam empat filum. Filumdari kingdom Fungi yaitu:
Chytridiomycota,Ascomycota, Zygomycota, dan Basidiomycota(Ulloa 2001).
Fungi dapat diklasifikasi dengan
mengidentifikasikan jamur atau fungi dari morfologi secara makroskopik ataupun
mikroskopis. Morfologi makroskopik digunakan untuk mengidentifikasi jamur yang
membentuk koloni seperti warna permukaan koloni yang mencangkup miselium
vegetatif dan konidia, pigmentasi miselium, waktu pertumbuhan dan diameter
koloni, bentuk tepi koloni, tekstur permukaan, dan bentuk koloni.
Mengidentifikasikan fungi secara mikroskopik berdasarkan anatomi dan morfologi
individu fungi tersebut (Wuezkowski 2007).
Identifikasi isolat fungi dilakukan melalui dua
tahap. Tahap pertama yaitu, pengamatan fungi secara makroskopis yang meliputi
pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan
secara mikroskopis yang dilakukan dengan membuat slide kutur yang meliputi
pengamatan terhadap bentuk hifa, bentuk, dan ukuran konidia. Dan pada praktikum
ini yang digunakan adalah Jamur Rhizopus
oligosporus yang merupakan spesies jamur yang dapat menghasilkan produk
pangan. Spesies
fungi memiliki bentuk struktur spora dan miselium yang berbeda, sehingga dapat
ditumbuhkan dan diamati melalui metode Slide culture
atau Microculture (Sunatmo 2009).
B. Tujuan
Mengenal
berbagai macam morfologi jamur khususnya jenis Rhizopus oligosporus (tempe)
dari hifa hingga sporanya, dengan mnegetahui bentuk fisiknya.
C.
Alat dan Bahan
Alat
alat yang digunakan sama seperti
biasanya, yaitu mikroskop sebagai alat bantu lihat, lalu ada kaca preparat
dengan coverglass-nya. Tida lupa alat
untuk menunjang agar parktikum tetap steril.
Sedangkan
bahan yang dipakai adalah tempe sebagai jamurnya, pewarna lactofenol untuk
mewarnai fungi menjadi biru sebelum diamati dibawah mikroskop, alkohol 70 %,
media PDA untuk mengkultur fungi.
D.
Prosedur
a.
Slide
kultur tanpa inkuibasi
Alat dan bahan disiapkan, tidak lupa
praktikum tetap dilakukan secfara teknik aseptis. Hifa atau bagi yang berwarna
putih diambil dari Rhizopus
oligosporus
(tempe)
menggunakan pinset yang sudah disterilisasi, lalu diletakan diatas kaca
preparat. Kemudian, laktofenol-cotton
biru
ditambahakan sebanyak 1 tetes. Tidak lupa ditutup dengan cover glass dan diamati dengan mikroskop dengan perbesaran dimulai
dari 4x10 hingga 40x10. Diatur fokus lensa mikroskop hingga ditemukan gambar
yang jelas dari bagian bagian Rhizopus oligosporus (tempe) . Lalu ambil
gambar dari dalam mikroskop dengan menggunankan kamera.
b. Slide
kultur dengan inkubasi
Alat dan teknik aseptik disiapkan.Letak
objek glass diletakkan tepat agar berada
di atas kaca v dan kertas saring berada di paling bawah cawan petri sebagai
alasnya. Setelah itu media PDA yang sudah dicairkan dipipet sebanyak 150µ
dengan pipet mikro. Lalu diambil hifa
atau bagian yang berwarna putih dari Rhizopus
oligosporus
(tempe)
menggunakan pinset. Di sekeliling kertas saring ditetesi larutan glicerin sebanyak
4 tetes dengan pipet tetes dan ditutp cawan petri dan dimasukkan ke dalam
inkubator selama 5 hari. Setelah itu buka cawan petri dan objek diambil
bersamaan cover glass dari cawan, kemudian cover glass dibuka dan diberikan
cairan laktofenol-cotton
biru
lebih dulu seperti langkah pada slide kultur atnpa inkibasi.setelah itu diamati
seperti mengamati slide kultur tanpa inkubasi.
E.
Data
Hasil Pengamatan
a.
Kultur tanpa inkubasi
|
Gambar 1 Perbesaran 40 x 10
Gambar 2 perbesaran 40 x 10
F. Pembahasan
Setelah mebandingkan kedua jamur yang
sudah berada dalam slide kultur, perbedaan terlihat. Dimana pada slide kultur
yang tidak melalui masa inkubasi selama beberapa hari, bentuk hifa dan sporanya
tidak teratur dan sangat berantakkan. Berbeda dengan slide kultur yang telah di
inkubasi beberapa hari, terliaht utuh. Walaupun di gambar terlihat buram karena
resolusi kamera yang kurang baik dan berlebihnya jumlah pewarna lactofenol
sehingga bentuk hifa-hifa dan sporanya sangat tidak jelas. Itu disebakan,
karena kondisi hifa yang telah di inkbasi dapat tumbuh kembali dan memperbaiki
morfologi dirinya sendiri. Tidak seperti slide culture yang tidak di inkubasi,
karena kita mencabut dari bagian tempe itu sendiri tanpa mengetahui seberapa
yang kita telah cabut dan bagian mana saja.
Melihat bentuknya, sudah dapat
dipastikan jamur yang dipakain pasti berbentuk mikroskopis karena kita masih
memerlukan mikroskop untuk mengamatinya dengan metode slide culture. Spesies
ini juga merupakan spesies jamur yang dapat menghasilkan produk pangan. Spesies fungi memiliki bentuk
struktur spora dan miselium yang berbeda, sehingga dapat ditumbuhkan dan
diamati melalui metode Slide
culture atau Microculture
(Sunatmo 2009).
Biarpun begitu kedua metode ini juga
penting dilakukan. Tahap tanpa inkubasi, meliputi pengamatan terhadap warna dan
bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan
dengan membuat slide kutur yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa dan
bentuk mikrokopis lainnya
G. Kesimpulan
Dari hasil diatas dapat disimpulkan
bahwa jamur memerlukan waktu dan keadaan khusus untuk berkembang. Dan slide
culture membuktikan bahwa salah satu bagian jamur adal hifa.
H.
Daftar Pustaka
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta:
PT Grafindo Persada
Wuczkowski, M. et al. 2007. Identification of Filamentous Fungi and Yeast and Their Diversity in
Solil of The Alluvial Zone National Park Along The River Danube Downstream of
Vienna. Austria: ACBR
Sunatmo, TI.
2009. Eksperimen Mikrobiologi dalam
Laboratorium. Jakarta: Andy Agency
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12323/Pendahuluan.pdf
0 comments:
Post a Comment