Laporan Praktikum Nama
:
Mikrobiologi Dasar dan Lingkungan Kelompok :
NIM :
Waktu
: 07.30 – 10.50 WIB
PJP : Emil Wahdi. S.si.
Asisten
: Ramdhani
Genny A
Arif
IDENTIFIKASI MIKROBA DENGAN
KIT API 20E DAN TEKNIK MOLEKULER : PCR
TEKNIK DAN
MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2013
Pendahuluan
Biologi Molekular adalah cabang ilmu biologi tingkat
molekul, Bahan ajarannya mencakup biologi, kimia, partikel genetikm dan
biokimia. Biologi molekuler konsentrasi terutama pada pengertian interaksi
antar beberapa jenis sel, termasuk interaksi antara DNA, RNA, dan biosintesis
protein.
Menurut Erlich (1989) PCR adalah suatu metode in
vitro yang digunakan untuk mensintesis sekuens tertentu DNA dengan menggunakan
dua primer oligonukleotida yang menghibridisasi pita yang berlawanan dan
mengapit dua target DNA. Kesederhanaan dan tingginya tingkat kesuksesan
amplifikasi sekuens DNA yang diperoleh menyebabkan teknik ini semakin luas
penggunaannya (Wahyudi 2001). Metode PCR
(Polymerase Chain Reaction). Tekni penggandaan DNA ini dapat membantu dalam
identifikasi bakteri maupun virus yang mencemari makanan. PCR adalah suatu
teknik yang sangat menolong, setelah dilakukan prosedur yang cukup rumit untuk
mendapatkan urutan DNA yang cukup. Teknik PCR inilah yang memungkinkan proses
analisis DNA menjadi lebih cepat dibandingkan dengan melakukan tes DNA dengan
cara konvensional. Dengan PCR, urutan DNA dapat digandakan (amplifikasi) hanya
dalam waktu beberapa jam sampai kuantitasnya cukup untuk sebuah proses
analisis, hasil penggandaan dapat divisualisasikan menggunakan elektrofores dan
Gel Documentation. (Harriganw 1998)
API-20E test kit untuk identifikasi bakteri enterik.
menyediakan cara mudah untuk menyuntik dan membaca tes yang relevan kepada
anggota Enterobacteriaceae keluarga dan organisme terkait. Sebuah strip plastik
isinya dua tabung mini uji diinokulasi dengan suspensi garam dari kultur murni.
Proses ini juga rehydrates media dessicated di setiap tabung. Beberapa tabung
terisi penuh dan beberapa tabung yang dilapis dengan minyak mineral sehingga
reaksi anaerobik dapat dilakukan.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui cara dan proses identifikasi DNA mikroba yang
baik dan benar dengan menggunakan metode KIT secara konvensional dan molekuler.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah API 20E,
Bunsen, tisu, pipet mikro, yellow tip,
blue tip, tabung evendorf, tabung PCR, thermal cycler, centrifuge portable,
vortex mixer, dan alat elektroforesis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah biakkan bakteri
dalam cawan petri, akuades, gel agarose, TEA, dd H2O, primer F, primer R, d NTP
(d GTP, d CTP, d ATP, d TTP), buffer, taqpol, MgCl2, dan alkohol 70%. Bakteri.
Kultur beku Streptococcus pyogenes galur UAB200, CS24 dan M24, E
coli DH 5α dan Pseudomonas aeruginosa galur PAO sebagai kontrol diperoleh
dari PPAU-Bioteknologi ITB Bandung. Sebagai kontrol positif digunakan plasmid
pD3 yang merupakan plasmid rekombinan dengan gen emm 12 sebagai sisipannya dan Streptococcus
spp. galur B7. Media dan Bahan Kimia. Blood agar plate dari Biofarma;
media cair TSB (Tryptic Soy Broth); bufer Tris-HC1 10 mM pH 7,6 EDTA 1
mM, SDS 10%; larutan fenol: kloroform (1:1); natrium asetat 3 M; agarosa (Promega
Corporation, Madison, USA); TAE 50x (242 gr Tris base, 57,1 ml asam asetat
glacial, 100 ml 0,5 M EDTA pH 8 dalam 1 liter aquades); etidium bromida (10mg/ml);
loading buffer (0,25% bromofenol biru 0,25% xylene cyanol F.F, 15%
ficol); larutan standar DNA yang direstriksi dengan l μM (urutan nukleotida 5'
GCC GCC.
Prosedur Kerja
Metode yang digunakan untuk identifikasi mikroba pada
praktikum kali ini ada dua jenis, yaitu dengan KIT secara konvensional dan KIT
secara molekuler. Metode KIT secara konvensional dilakukan dengan menggunakan
API 20 E. sedangkan untuk metode KIT secara molekuler dilakukan dengan teknik
PCR.
Metode pertama
yang dilakukan adalah KIT secara konvensional. Pertama kotak API 20 E dibuka
dan disiapkan cawan petri berisi biakkan mikroba yang akan digunakan (dalam hal
ini digunakan E. Coli sebagai sampel). Setelah itu API NaCl 5 ml diambil dan
dibuka tutupnya dengan cara tutupnya ditekan ke bawah. Kemudian biakkan diambil
sebanyak 1 swap, dimasukkan API NaCl 5 ml, dan dihomogenkan. Diambil wadah yang
mirip jajaran sepatu-sepatu kecil dan wadah tutupnya. Tulisan di bawah
sepatu-sepatu tersebut diperhatikan. Bila ada garis bawahnya, diisi larutan
NaCl + biakkan (larutan sampel) setengah dari sepatu dan ditambah mineral oil
(digunakan gliserol sebagai pengganti). Bila ada tanda di bawah tulisannya, diisi sampel
hingga penuh. Jika sudah ditutup dengan tutup wadahnya dan diinkubasi selama 48
jam. Selama proses pengerjaan, dilakukan di dekat api Bunsen agar steril.
Langkah pertama untuk ekstraksi DNA adalah sel dikumpulkan dengan cara
sentrifugasi cairan kultur 8000 rpm pada
suhu 4°C selama 10 menit. Setelah itu supernatant yang terbentuk dibuang dan
pelletnya ditambahkan 1 ml akuades. Selanjutnya larutan suspense yang terbentuk
dipindahkan dalam tabung evendorf dan disentrifugasi pada kecepatan maksimal.
Supernatant dibuang kembali, ditambahkan 1 ml CTAB 2%, diaduk, dan diinkubasi
selama 30 menit. Disentrifugasi pada kecepatan maksimum dalam tabung evendorf
sentrifugasi. Kemudian supernatant dipindahkan ke tabung evendorf baru,
ditambahkan kloroform-isoamil alkohol 24:1, dan dihomogenkan dengan cara
membuat angka 8 selama 1 menit. Disentrifugasi kembali 13000 rpm pada 4°C
selama 30 detik. Hasil supernatant dipindahkan ke tabung baru dan dilakukan
kembali langkah penambahan, penghomogenan, dan sentrifugasi. Setelah itu
supernatant dikumpulkan pada tabung baru dan ditambah 1/10 volume dari 7,5 M
ammonium asetat. Ditambahkan 2 volume
etanol mutlak dingin (-20°C), dihomogenkan, dan didiamkan selama 5 menit.
Disentrifugasi dalam evendorf sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit. Supernatant dibuang, pellet DNA dicuci dengan 0,5 ml etanol 70% dingin.
Pellet dibiarkan kering selama kira-kira 15 menit, terakhir ditambah akuabides
0,5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung PCR.
Penyiapan gel agarosa. Agarosa
1% dan 1,5 % dibuat dalam bufer 1x TAE, didinginkan sampai suhu 600C, kemudian
ditambahkan 1 μl larutan etidium bromida (10 mg/ml), lalu diaduk. Larutan agar dituangkan
kedalam plat. Kemudian ditambahkan 10 μl sample DNA dicampur dengan 2 μl loading
buffer dimasukkan kedalam sumur. Marker DNA yang ukurannya diketahui (λ n
film kecepatan tinggi.
Hasil Data
Gambar
1. Hasil Positif dan Negatif dari sampel dengan KIT API 20E
Gambar
2. Hasil perubahan warna setelah 24 jam dengan KIT API 20E
Gambar
3. Hasil Akhir DNA yang terdapat dalam sampel dengan KIT API 20E
Pembahasan
Dalam
KIT API 20 E terbaca pada strips yang terisi penuh yaitu CIT, VP, dan CEL semua
berubah warna kecuali VP, karena VP hanya menghasilkan gelembung kecil. Berdasarkan
hasil pengamatan, diperoleh hasil identifikasi bakteri yaitu Serratia fecaria. Keakurasian
identifikasi sampel mencapai 98,9%. Hasil ini bertentangan dengan sampel yang
telah diketahui yaitu Esserchia coli. Kemungkinan terjadi
kontaminasi padaa saat penentuan atau kesalahan terdapat pada pelabelan.
Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan cara
konvensional dan caraKIT identifikasi. Cara konvensional meliputi fisiologis
maupun biokimia. Cirifisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang penting
di dalam identifikasispesies bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis
biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil
pengamatan fisiologis yangmemadai mengenai organik yang diperiksa maka
penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan.. Mikroba dapat tumbuh pada
beberapa tipe mediamemproduksi tipe metabolit tentunya yang dideteksi dengan
interaksi mikrobadengan reagen test yang mana menghasilkan perubahan warna
reagen (Murray2005).
Isolasi Kromosom Bakteri
Patogen Streptococcus pyogenes galur UAB200, CS24 dan M24. Streptococcus
pyogenes adalah bakteri gram positif yang mempunyai dinding
sel tebal sehingga sukar untuk dilisis. Untuk itu lisis dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan metode Bollet (Kaufhold et al,1994) dan dengan
tambahan perlakuan 3 kali proses cair-beku kemudian baru dilisis dengan microwave.
Ternyata dengan penambahan tahap pencucian dengan aquades steril dan tahap freeze-thaw,
didapatkan jumlah kromosom yang lebih banyak. DNA hasil isolasi kromosom dengan
metode Bollet, dipresipitasi denganetanol dengan tujuan untuk pemekatan
sekaligus Deteksi Streptococcus pyogenes dengan PCR 3 pemurnian kromosom.
Endapan pelet putih dilarutkan dalam 25 μl aquabides steril. Larutan diuji
keberadaan DNA-nya dengan elektroforesis agarosa. Pada lisis kromosom cara
pertama (metode Bollet) data elektroforesis menunjukan bahwa pada supernatan
terdapat kromosom galur UAB200, CS24 dan M24 (Gambar 1a). Sedangkan pada
endapannya tidak dijumpai kromosomnya (data tidak ditunjukkan) Ini mungkin
disebabkan karena konsentrasi kromosomnya relatif rendah sehingga tidak dapat
meningkatnya jumlah produk non spesifik. Jika konsentrasi primer terlalu
rendah, hasil dari produk PCR akan rendah. mPCR dapat dilakukan walaupun hanya
menggunakan sampel tanpa isolasi DNA, tetapi DNA templat yang dipersiapkan pada
percobaan mengandung SDS dan deterjen yang menghambat mengendap. Untuk
mendapatkan jumlah kromosom yang banyak digunakan lisis cara kedua. Cara ini
lebih baik, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1b. Amplifikasi Gen emm6, Penempelan primer yang terjadi pada temperatur
rendah tidak spesifik sehingga akan menghasilkan amplifikasi dengan
spesifisitas rendah. Spesifisitas rendah juga menurunkan sensitifitas karena
adanya kompetisi antara produk spesifik dan nonspesifik (Retnoningrum 1997).
Primer yang digunakan adalah 0,5 μM, karena jika konsentrasi primer terlalu
tinggi dapat terjadi mispriming yang mengakibatkan enzim Taq DNA polimerase
sehingga dapat menurunkan efisiensi PCR. Untuk itu perlu dilakukan presipitasi
dengan etanol sekaligus untuk pemekatan kromosom. Deteksi Produk PCR dengan Metode Elektroforesis Agarosa. Hasil
elektroforesis produk amplifikasi PCR sebanyak 30 siklus melalui tiga tahap
yaitu denaturasi, penempelan dan polimerisasi dapat
Menurut hasil yang dipublikasi bahwa ukuran panjang
gen emm6 adalah 1452 pb. Dari hasil elektroforesis ukuran panjang gen emm6
adalah 1495 pb. Hasil ini mendekati ukuran panjang gen emm6 yang telah
dipublikasi (Hollingshead et al, 1986). Produk PCR gen emm12 mempunyai
ukuran panjang antara 1600 pb dan 1800 pb. Ukuran panjang gen emm12 yang telah
dipublikasi yaitu 1693 pb. Hasil elektroforesis produk PCR gen emm12 adalah
1700 pb. Hasil ini mendekati ukuran panjang gen emm12 yang telah dipublikasi
(Robbins et al, 1987). Pada percobaan ini juga digunakan kromosom galur
M24 sebagai templat. Setelah diamplifikasi dengan teknik PCR dan produknya
dielektroforesis ternyata tidak berhasil diperoleh produk PCR. Ini mungkin
disebabkan karena adanya inhibitor amplifikasi atau primer yang digunakan tidak
dapat menempel dengan efisien pada templat. Menurut hasil yangdipublikasi (Mouw
et al, 1988) bahwa ukuran panjang gen emm24 adalah 1617 pb.
Kesimpulan
isolasi
kromosom galur UAB200, CS24 dan M24 sebagai templat telah berhasil dengan baik .
Setelah amplifikasi diperoleh produk PCR gen emm6 dengan ukuran panjang 1495
pb, sedangkan gen emm12 adalah 1700 pb.
Bakteri yang teridentifikasi dari
dalam peralatan KIT API 20E adalah Serratia
fecaria, dan tidak sesuai dengan sampel.
Daftar Pustaka
Erlich
HA . 1989. PCR Technology: Principles and
Applications for DNA
Amplification.
New York (US) : M stockton press.
Harriganw F . 1998. Laboratory Methods in Food Microbiology. New York (US)
Academic Press Ltd
Harriganw F . 1998. Laboratory Methods in Food Microbiology. New York (US)
Academic Press Ltd
Hollingshead SK, Fischetti VA & Scott JR. 1986.
Complete nucleotide sequence
of type M protein of the group a Streptococcus. J. Biol. Chem. 261: 1677-1688.
of type M protein of the group a Streptococcus. J. Biol. Chem. 261: 1677-1688.
Kaufhold A, Podbielski A, Baumgarten G, Blokpoel M,
Top J. & Schouls L, 1994.
Rapid typing of group a streptococci by the use of DNA amplification and
nonradioactive allele-specific oligonucleotide probes. FEMS Microbiology
Letters 119: 9-26.
Rapid typing of group a streptococci by the use of DNA amplification and
nonradioactive allele-specific oligonucleotide probes. FEMS Microbiology
Letters 119: 9-26.
Mouw, A.R., Beachey, E.H. & Vickers, B. 1988.
Molecular evolution of
Streptococcus M protein cloning and nucleotide sequence of type 24 M
protein gene and relation to other gene of Streptococcus pyogenes. J.
Bacteriol. 170: 676- 684.
Streptococcus M protein cloning and nucleotide sequence of type 24 M
protein gene and relation to other gene of Streptococcus pyogenes. J.
Bacteriol. 170: 676- 684.
Murray
RK, DK Granner, PA Mayes and VW Rodwell. 2000. Biokimia
Harper.Edisi25.Buku Kedokteran. Jakarta (ID) : EGC
Harper.Edisi25.Buku Kedokteran. Jakarta (ID) : EGC
Retnoningrum DS .1997. Penerapan Polymerase
Chain Reaction (PCR) untuk
diagnosis penyakit infeksi [Skripsi]. Jurusan Farmasi FMIPA. Bandung: ITB.
diagnosis penyakit infeksi [Skripsi]. Jurusan Farmasi FMIPA. Bandung: ITB.
Robbins JC, Spanier JG, Jones SJ, Simpson WJ & Cleary,
P.P. 1987.
Streptococcus
pyogenes type 12M protein gene regulation by upstream sequences. J.
Bacteriol. 169: 5633-5640.
pyogenes type 12M protein gene regulation by upstream sequences. J.
Bacteriol. 169: 5633-5640.
beli api kitnya dimana dan harganya berapa ya? terima kasih
ReplyDelete