09 July 2014

Laporan Agama Islam (KEJIWAAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN)

KEJIWAAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN





DISUSUN OLEH :
M Pragatt Baya (J3M113031)
Ryan Hilda (J3M113075)
Regi Riansyah (J3M1130)
Lutfi Rahman (J3M1130)
Fadillah Aufar (J3M1130)
Rico Asmara H (J3M1130)
Elvrina Junio (J3M1130)
Qonita Kuny L.M (J3M113043)
Naadaa R (J3M113037)
Kartika C.W (J3M1130)

Program Keahlian Teknik dan Manajemen LingkunganProgram Diploma Institut Pertanian Bogor2013 - 2014









KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Pendidikan Agama Islam” . kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan hidup umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di program studi Teknik dan Manajemen Lingkungan Program Diploma di Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Taufiq Rahman M.Ag selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
  





Bogor, 2 Oktober 2013

           penyusun










DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………………..
Bab I
Pendahuluan………………………………………………………………
Bab II
Pembahasan………………………………………………………………
Bab III
Penutup…………………………………………………………………..















BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehidupan di era modern ini telah menghancurkan tatanan kejiwaan manusia, karna hidup manusia modern telah banyak dilanda oleh kecemasan-kecemasan dan ketegangan-ketegangan jiwa. Akibat dari realitas pola hidup tersebut, tidak sedikit manusia mengalami split personality yang berdampak semakin sulitnya manusia memperoleh ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Pemenuh kebutuhan manusia yang bersifat materialistis belum tentu menjamin seseorang memperoleh ketenangan dan kebahagiaan. Oleh karnanya, terapi kejiwaan lebih penting di bandingkan pemenuhan materi dalam mengantisipasi problem manusia. Sebab kesucian jiwa dapat menyebabkan kejernihan diri lahir dan batin yang merupakan bagian dari problem fisikologis yang mana objek kajiannya adalah jiwa. 
Jiwa memiliki peran penting dalam kegiatan manusia yaitu mewarnai corak tingkah laku manusia dan menentukan makna atau nilai dari perbuatan yang dilakukan seseorang dalam hidupnya. Oleh karna itu, mengenal jiwa dengan beberapa substansinya secara mendalam merupakan modal untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan hidup.

  
B. Tujuan
Untuk membangun sebuah konsep kesehatan jiwa berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan kejiwaan manusia.



BAB II
PEMBAHASAN

Kejiwaan manusia dalam al-qur’an
I. Aspek kejiwaan manusia
Jiwa manusia merupakan semua perilaku manusia hakekatnya di pengaruhi oleh jiwa atau nafsunya. Tapi jiwa mempunyai banyak anggota, yang oleh al-ghazzali disebut tentara hati (junud al-qalbi). Anggota jiwa dalam al-qur’an diantaranya adalah qalb (hati), ruh (roh), aql (akal) dan iradah (kehendak) dsb. Al-qur’an menyebut kata nafs sebanyak 43 kali, 17 kali kata qalb-qulub, 24 kali kata ta’aqilun (berakal), dan 6 kali kata ruh-arwah. Itulah, modal manusia untuk hidup di dunia, yaitu sinergi semua, bukan independensi masing-masing anggotanya.
Nabi menjelaskan peran qalb (hati) dalam hidup manusia. Menurutnya, aspek penentu hakekat manusia adalah segumpal darah (mudghah), yang disebut qalb (hati).  Gumpalan itulah yang menjadi penentu kesalehan dan kejahatan jasad manusia (hr. Sahih bukhari). Karena begitu menentukannya fungsi hati itulah allah hanya melihat hati manusia dan tidak melihat penampilan dan hartanya. (hr. Ahmad ibn hanbal).  Sejatinya, hati adalah wajah lain dari nafs (jiwa), maka dari itu hati atau jiwa manusia itu bertingkat-tingkat. Tiga tingkatan jiwa dari dalam al-qur’an:
Pertama, nafsu al-mutma’innah atau jiwa yang tenang. Jiwa ini telah mantap imannya dan tidak mendorong perilaku buruk. Jiwa yang tenang yang telah menomor duakan nikmat materi.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ, ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً. فَادْخُلِي فِي عِبَادِي. وَادْخُلِي جَنَّتِي
“wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-ku, dan masuklah ke dalam surga-ku. (al-fajr: 27-30).
Kedua, nafs al-lawwamah. Ini adalah jiwa yang memiliki tingkat kesadaran awal melawan nafs yang pertama. Dengan adanya bisikan dari hatinya, jiwa menyadari kelemahannya dan kembali kepada kemurniannya. Jika ini berhasil maka ia akan dapat meningkatkan diri kepada tingkat diatasnya. 
Tingkat ketiga,  nafs al-ammarah bis ssu’, atau  nafsu  pendorong  kejahatan. Ini adalah tingkat nafs paling rendah yang melahirkan sifat-sifat seperti takabbur, kerakusan, kecemburuan, nafsu syahwat, ghibah, bakhil dsb. Nafsu ini harus diperangi.

Sifat manusia merupakan perwujudan dari kondisi kejiwaan, yang secara umum di kelompokan:
1. Sifat takwa ( jalan yang benar ) selalu membersihkan dirinya  ( tazkjiyatun nafs ). (qs. Ibrahim: 7, qs. Al baqarah: 45, 153, qs. Ali imran:16, 200)
2. Sifat fujur ( jalan yang salah ) selalu menjadikan manusia memperturutkan syahwatnyadan cenderung pada kejahatannya.


II. Kedudukan dan tugas hidup manusia
Kedudukan manusia dalam pandangan al-qur'an
1. Makhluk termulia (al-israa':70)
dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (qs. 17:70)
2. Makhluk yang paling indah bentuk kejadiannya 
sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (qs. 95:4)
3. Makhluk yang diberikan kebebasan memilih dan bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk
..dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (qs. 91:7-10)
4. Makhluk yang diberi kemampuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan dibekali dengan alat-alat yang mendukungnya dalam meraih iptek itu: 
bacalah dengan (menyebut) nama rabbmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan rabbmulah yang paling pemurah, (96:1-3). 

Alat-alat tersebut adalah: 
a. Pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati: 
dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (qs. 16:78)
b. Lisan
bukankah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. (qs. 90:8-9)
c. Pena 
nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat rabbmu kamu (muhammad) sekali-kali bukan orang gila. (qs.al-qalam (68) :1-2)
yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. (qs.al-'alaq (96):4).

1. Tugas hidup manusia
khalifah allah swt dibumi yang bertugas :
a. Sebagai pemimpin yang mengatur bumi berdasarkan petunjuk dan undang-undang allah. 
Katakanlah:"dia yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu kepada keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami silih berganti agar mereka memahami(nya). (qs.al-an'aam (6):65)
b. Memakmurkan bumi dan mnegeluarkan potensi yang terkandung didalamnya untuk kesejahteraan umat manuisa berdasarkan petunjuk dan peraturan allah. 
Dan kepada tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:"hai kaumku, sembahlah allah, sekali-kali tidak ada bagimu ilah selain dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-nya kemudian bertobatlah kepada-nya. Sesungguhnya rabbku amat dekat (rahmat-nya) lagi memperkenankan (do'a hamba-nya)". (qs. Huud (11): 61)
 c. Menyebarkan keadilan dan kemashlahatan 
sesungguhnya kai telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-nya dan rasul-rasul-nya padahal allah tidak dilihatnya.sesungguhnya allah maha kuat lagi maha perkasa. (qs. 57 (al-hadiid): 25)

Sifat – sifat kekhalifahan yang perlu dipahami manusia :
- Adamu haqiqat al-mulkiyah ( bukan pemilik asli ) (qs. Al ahzab: 72, 24:25 ).
- Tasharuf bil iradatil mustakhlaf  menggunakan sesuai dengan kehendak yang mewakilkannya ) (qs.                  76:30).
- Adamu ta,adil’a’lal hudud (tidak menentang terhadap peraturan)
5. Makhluk yang diberikan beban untuk beribadah kepada allah swt semata, ibadah yang mencakup                 ibadah ritual dan seluruh aspek kehidupan manusia.
      Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-ku. (qs. 51 (adz              dzaariyaat: 56)



III. Pedoman dan Tujuan Hidup Manusia
1. Pedoman hidup manusia
Al qur’an adalah petunjuk hidup yang tidak ada sedikit pun ada keraguan padanya, yang telah terbukti kebenaranyya dan terjaga keasliannya. ( qs. Al hijr: 9, qs. Al baqarah:23, qs. Al maidah: 50 ).
2. Tujuan hidup manusia
- Mendapatkan kebaikan ( hasanah ) di dunia (qs. Al baqarah : 200 )
- Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akherat serta terbebas dari api neraka ( qs. Al baqarah: 201), dapat tercapai dengan : iman yang kuat dan khusnul khatimah dalam kehidupannya.
- Mendapat keridaan allah swt (qs. Al baqarah:207 )

IV. Teman dan Lawan Hidup Manusia
1. Teman hidup manusia
Di dalam al qur’an orang – orang yang beriman diperintahkan untuk berteman dengan orang-orang yang baik, yaitu golongan mukmin yang dicintai allah antara lain :

1. At-tawwabin.
Orang-orang yang bertaubat

… sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (qs. Al-baqarah [2]: 222)

2. Al-mutathohirin.
Orang-orang yang suka bersuci /menjaga wudhu

… sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (qs. Al-baqarah [2]: 222)

3. Al-muqsithin.
Orang-orang yang adil

… sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang adil. (qs. Al-maa’idah [5]: 42)

4. Al-muttaqin.
Orang-orang yang taqwa

… maka sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (qs. Al-imran [3]: 76)

5. Al-muhsinin.
Orang-orang yang suka berbuat kebaikan

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (qs. Ali ‘imran [3]: 134)

6. Al-mutawakilin.
Orang-orang yang bertawakal kepada allah kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-nya. (qs. Ali ‘imran [3]: 159)

7. As-shobirin.
Orang-orang yang sabar allah menyukai orang-orang yang sabar. 
(ali ‘imran [3]: 146)

8. Orang-orang yang mengikuti rasul
katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai allah, ikutilah aku, niscaya allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha pengampun lagi maha penyayang. 
(qs. Ali ‘imran[3]:31)

9. Orang-orang yang berperang di jalan allah. 
Sesungguhnya allah menyukai orang yang berperang dijalan-nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. 
(qs. Ash-shaff [61]: 4)

10. Orang-orang yang tidak suka mengeluarkan kata-kata yang keji, berpikir mandiri, sabar dan rajin melakukan sholat malam. 
Imam al-baqir as berkata, ”sesungguhnya allah mencintai orang yan (apabila) bersenda gurau tidak mengeluarkan kata-kata yang keji, yang berpikir mandiri, selalu bersabar (apabila) sendirian, dan suka melakukan shalat malam”

11. Orang-orang yang hatinya senantiasa sedih namun tetap bersyukur kepada allah subhana wa ta'ala . 
Imam ali zainal ‘abidin as berkata, ”sesungguhnya allah mencintai setiap hati yang selalu merasa sedih, dan setiap hamba yang selalu bersyukur”

12. Orang-orang yang memiliki sifat malu (al-hayya’) dan santun (al-halim).
Rasulullah saw. Bersabda, ”sesungguhnya allah mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji (muta’afiffah)”

13. Orang-orang yang rajin sholat malam, bersedekah, dan tidak takut mati di jalan allah. Rasulullah saw bersabda, ”tiga macam orang yang allah ‘azza wa jalla mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca 

kitab allah (al-qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan-kawannya menyerahkan diri kepada musuh”

14. Orang-orang yang saling mencintai di jalan allah, bersilaturahiim dan bertawakkal kepada allah. 
Di dalam hadits mi’raj diriwayatkan bahwa allah ‘azza wa jalla telah berfirman, ”wahai muhammad! Wajib bagi-ku mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-ku, dan wajib bagi-ku mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-ku, dan wajib bagi-ku mencintai orang-orang yang suka bersilatur-rahim di jalan-ku, dan wajib bagi-ku mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-ku…”

15. Orang-orang yang mencintai amal yang diwajibkan kepadanya. 
Allah tabaraka ta’ala berfirman, ”tiada yang lebih aku cintai dari seorang hamba-ku daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah aku wajibkan baginya”

16. Orang-orang yang mampu meredam kemarahannya dengan santun. 
Rasulullah saw bersabda, ”wajiblah kecintaan allah atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun”

17. Orang-orang yang banyak mengingat mati. 
Rasulullah saw bersabda, ”barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya allah mencintainya”

18. Orang-orang yang mencintai apa yang dicintai allah dan rasul-nya, dan membenci apa yang dibenci allah dan rasul-nya.
Seorang lelaki bertanya kepada rasulullah saw, ”aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai allah dan rasul-nya”. 

Rasulullah saw pun berkata, ”cintailah apa yang dicintai allah dan rasul-nya, dan bencilah apa yang dibenci oleh allah dan rasul-nya”


2. Lawan hidup manusia
Di dalam al quran dilarang berkawan dengan orang-orang  yang dibenci dan dimurkai allah, yaitu oang-orang yang kufur. Diantaranya orang-orang yang tergolong orang yang dibenci allah adalah
Al kaafirin (orang  kafir, qs.3:32)
Al munafiqin (munafik qs. At taubah:68, qs. Al ahzab: 73)
Azh zalimin (zalim, qs.3:57,140)
Mufsidin (merusak, qs. 5:64)
Mukhtal fakhur (angkuh,, qs.al qashash:76)
Al mustakbirin (sombong, qs. An nahl:23)
Al farihin (membanggakandiri, qs. Al qashash:76)
Al musrifin (boros dan berlebihan, qs. Al a’raff:31 dan al an’am:141)
Berkhianat dan bergelimang dosa (qs an nisa :107, qs. Al hajj :38)
Al musyrikin (musrik, al ahzab:73)
Al faasiqin (fasik. Qs. At taubah:96)
Yang menghalangi jalan allah (qs.ala’raaf:45)










BAB III
PENUTUP


Jiwa yang sehat diformulasikan dengan terwujudnya keseimbangan (equilibrium) antara kebutuhan fisik-biologis dengan mental-religius, terhindarnya individu dari symptom hati dan nafs, serta terciptanya ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup. Ketiga criteria ideal tersebut dapat terwujud manakala al-aql dan al-qalb dapat diarahkan pada dimensi ruhaniyyah mencapai sifat-sifat illahiyyah nafs al mutmainnah dengan akhlak al-mahmudah (moralitas terpuji), serta menghindarkan diri dari belenggu al-nafs yang secara naluriah memiliki tendensi pada dorongan agresif dan deskruptif dengan al-aklaq al-mazmumah (moralitas tercela). Secara oprasional kesehatan jiwa dalam al-qur’an sebagai realisasi untuk mengoptimalkan potensi dan urgensi qalb dan aql dalam mengendalikan diri (nafs) kejiwaan manusia.





0 comments:

Post a Comment